Tera melangkah perlahan sepanjang jalan setapak kuburan itu. Udara pagi yang dingin dan berembun membelai kulitnya. Kemeja hitam dan rok hitamnya tidak mampu melawan udara yang menggigilkan tubuhnya. Dengan dituntun seorang penjaga kubur tua yang baik, ia menemukan kuburan yang ia cari. Kuburan yang sederhana. Dengan nisan kayu dan tidak dicor. Kembang-kembang setengah segar berwarna merah muda masih banyak bertebaran di atasnya.
Tera duduk perlahan di sebelah kubur itu. Si penjaga kubur pamit dan pergi. Tera sendiri di sana. Menyediakan waktu pribadi bagi dirinya dan dia yang di dalam kubur itu. Tera meletakkan sebuah kotak kardus yang sejak tadi ia bawa dengan kedua tangannya. Pelan-pelan, ia buka kotak itu. Ia keluarkan seikat mawar hitam yang dililit pita hitam yang indah.
”Ini melambangkan cinta dan hatiku yang sedang berduka,” bisik Tera sambil perlahan-lahan meletakkan bunga itu di atas kubur di hadapannya.
Kemudian, dari kardus itu juga ia mengeluarkan beberapa kartu ucapan yang telah ditumpuknya selama bertahun-tahun. Kartu ucapan ulang tahun dan hari raya Valentine. Semua karyanya sendiri. Baik desain maupun tulisan di dalamnya.
Ia angkat salah satu yang berbentuk persegi seukuran kotak CD. Ketika dibuka, di dalamnya ada kepingan bulat dengan lubang kecil bulat di tengahnya. Di atasnya ada sebait tulisan karangan Tera. Ia bisikkan perlahan isinya.
”Paru-paru tidak bekerja tanpa NAPAS
Jantung tidak berpacu tanpa NAPAS
Darah tidak mengalir tanpa NAPAS
Hidup tidak berlaku tanpa NAPAS
Kaulah NAPAS-ku
28 Agustus 2007.”
Setetes air mata mengaliri sebelah pipinya.
Ia mengangkat salah satu kartu yang lain. Berbentuk jam matahari. Di sekeliling angka-angka Romawi-nya, sebait tulisan juga untuk seseorang yang sedang ditangisi Tera. Ia membisikkannya pelan.
”Andai dapat kuputar waktu
Dan perbaiki laku
Tapi aku tidak mampu
Yang kupunya hanya rindu
Untukmu
14 Februari 2008.”
Beberapa tetes air mata mengaliri pipi Tera.
Ia memungut kartu-kartu itu dan ia tumpuk di satu tempat. Lalu, ia singkirkan kardus di hadapannya. Dengan tangannya, perlahan-lahan ia gali lubang kecil di sisi kubur itu. Kemudian, ia masukkan kartu-kartu itu ke dalam lubang itu. Ia tutup kembali lubang itu. Lalu, ia meraih kardus yang tadi telah disingkirkannya. Dari dalam kardus itu, ia keluarkan kelopak-kelopak bunga mawar hitam dengan beberapa genggam tangannya untuk ia taburkan di atas tanah yang mengubur kartu-kartunya, lalu tanah yang mengubur separuh hatinya.
Andai tak pernah kusia-siakan kesempatanku untuk meminta maaf padamu dan menyatakan isi hatiku, bisik Tera dalam hati.
*Kupersembahkan untuk Cintaku yang telah berpulang ke Rumah Bapa di Sorga.
wow..
BalasHapussiapa thu ci?
ckck..
turut berduka cita yha..
sangat menyentuh...
BalasHapushmm.... share hal romance yuk.
@ detdhik.blogspot.com