Sepasang kekasih yang dahulu pernah berpisah itu jatuh cinta kembali meskipun jarak memisahkan mereka.
Rena menunggu. Tiga hari lagi hari ulang tahun Reno. Rena telah meluangkan banyak waktu untuk merancang sebuah kartu dan hadiah untuk Reno. Rena menunggu hari itu untuk menitipkan pemberiannya untuk Reno kepada sopirnya. Ia tidak dapat memberikan semua itu secara langsung kepada Reno karena orang tuanya dan orang tua Reno yang saling membenci senantiasa menyusahkan mereka.
Rena menunggu...
Menunggu…
Dan menuggu...
Sampailah hari itu.
Rena berangkat ke sekolah lebih awal karena semangatnya yang bergebu mempercepat geraknya. Dengan girang, Rena mempercayakan pemberian kecilnya kepada sopirnya. Sopirnya langsung mengerti bahwa kedua majikan besarnya tidak boleh tahu menahu mengenai hal ini.
Rena menunggu lagi. Menunggu laporan dari sopinya.
***
Sepulang sekolah, Rena berlari keluar dari kelasnya, lalu dari gedung sekolahnya. Langsung menghampiri mobil sedan hitamnya. Di sana sopirnya telah siap sedia menerima titah darinya. Rena langsung melompat masuk ke mobil dan menanyakan Reno. Rena kecewa. Reno tidak di tempat.
Rena sabar.
Rena menunggu lagi…
Menunggu…
Dan menunggu…
Menunggu esok hari yang akhirnya tiba.
Kedua kalinya Rena menitipkan pemberian kecilnya untuk Reno. Kedua kalinya Rena kecewa. Reno tidak di tempat.
Rena menunggu lagi.
Rena kecewa lagi.
Rena menunggu lagi.
Rena kecewa lagi.
Rena menunggu lagi.
Rena kecewa lagi.
Rena menunggu lagi.
Rena kecewa lagi.
Rena menyerah. Rena sedih. Rena kecewa. Rena sakit hati.
Reno menyerah. Reno sedih. Reno kecewa. Reno sakit hati. Reno berusaha menemui Rena, tapi gagal menekan darah yang mengalir dari luka di hatinya sendiri. Memori lima tahun lalu terus menyayatnya. Lima tahun lalu ketika Rena memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Tanpa pembicaraan, Reno ditinggalkan, diacuhkan, dibuang. Reno merasa salah, merasa bodoh, merasa buruk, merasa percuma, merasa benci pada dirinya, merasa seperti serpihan kecil debu yang tak berarti.
Reno menangis di atap itu. Reno menangis diteduhi malam berbulan purnama, Reno menangis sementara teman-temannya mengira ia bersama keluarganya dan keluarganya mengira ia bersama teman-temannya. Reno mengangis bersama sebilah silet yang setengah terbenam di telapak tangan kanannya kerena digenggam kuat. Reno menangis dan membenamkan silet itu ke pergelangan tangan kirinya di mana urat nadinya berdetak tak damai.
Rena menangis di gudang itu. Rena menangis diteduhi atap berselimut sarang laba-laba. Rena membalikkan lembaran album lukanya ke lima tahun lalu. Lima tahun lalu ketika ia terpaksa menyakiti Reno karena tidak ingin ayahnya menyakiti Reno dengan kekuasaannya, juga karena tidak mau dipaksa menikahi pria yang sebaya dengan ayahnya. Apalagi saat itu ia masih sangat muda. Ia ingat tiap sayatan di hatinya setiap ia mengacuhkan Reno. Ia ingat sayatan terdalam ketika Reno akhirnya menemukan perempuan lain bagi dirinya. Sayatan persis seperti yang dicetaknya di pergelangan tangan kirinya di mana urat nadinya berdetak memberontak dalam persembunyiannya.
***
Reno dan Rena bertemu di alam orang mati. Di Kota Sukamati. Bersama Kurt Cobain, Hitler dan pengikut-pengikutnya, Romeo dan Juliet, dan orang-orang yang sempat mucul di koran-koran lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dan saran yang berguna dan membangun diharapkan.