Beberapa hari setelah mereka memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan berstatus pacar, Cowok mendapatkan informasi dari Cewek bahwa Cewek dilarang secara halus oleh neneknya untuk berpacaran. Nenek Cewek beralasan bahwa bila Cewek berpacaran, konsentrasi sekolahnya akan berantakan dan umurnya belum cukup matang untuk menjalin hubungan semacam itu. Suatu masalah yang sudah tidak berlaku bagi Cowok karena ia sudah dewasa dan bekerja. Cowok menanyakan kepada Cewek, apakah Cewek mau melanjutkan format hubungan mereka seperti adanya saat itu. Ternyata, Cewek lebih memilih untuk melanjutkan apa yang sudah ada daripada menuruti kata-kata neneknya. Cowok berjanji tidak akan mengganggu sekolah Cewek dan membantu Cewek belajar sebisanya.
Beberapa hari setelah itu, Cewek sibuk. Sekolahnya menyediakan banyak sekali tugas untuk murid-muridnya. Setiap beberapa tugas selesai dan dikumpulkan kepada guru yang bersangkutan, selalu ada tugas-tugas lain berdesakan dalam antrian. Terkadang, masih banyak tugas yang belum selesai, sudah ada tugas lain lagi yang terlalu tidak sabar untuk menunggu. Cewek terpaksa mengurangi frekuensi pertemuan dan perbincangan di telepon dengan Cowok.
Sementara itu, Cowok pun sibuk. Perusahaan tempatnya bekerja sedang berlomba dalam persaingan dengan perusahaan lain. Karyawan-karyawan di sana pun saling bersaing. Selain pekerjaannya yang dahulu telah menggunung dan menunggu untuk dipindahkan ke gunung prestasi, masih banyak pekerjaan-pekerjaan baru yang menambah ketinggian gunung pekerjaan itu. Cowok pun harus mengurangi frekuensi pertemuan dan perbincangan di telepon dengan Cewek. Demi kebaikan bersama.
Cewek merasakan banyak perubahan. Cowok yang dulu selalu menahannya berlama-lama di telepon dan merengek jika Cewek hendak mengakhiri percakapan mereka, tidak lagi seperti Cowok yang selalu haus akan dirinya. Cowok tidak mengajaknya mengadakan pertemuan, Cowok jarang meneleponnya, Cowok jarang mengirim pesan singkat lewat ponsel kepadanya, dan banyak lagi.
Cowok berusaha menahan diri. Ia ingin maju di perusahaan itu. Demi Cewek. Ia harus menahan diri untuk tidak terlalu banyak mengganggu studi Cewek. Juga demi Cewek. Ia yakin Cewek akan sangat bangga kepadanya.
Cewek makin sebal. Cowok makin lama terasa makin jauh darinya. Cewek selalu berpura-pura sibuk dan harus mengakhiri perbincangan dengan Cowok di telepon. Ia selalu berharap Cowok akan merengek meminta percakapan dilanjutkan lebih lama, tapi ia selalu kecewa.
Cowok rindu akan Cewek, haus akan Cewek, lapar akan Cewek, tapi Cewek terlalu sibuk untuk meluangkan waktu untuknya, terlalu sibuk untuk memuaskan dahaganya, dan terlalu sibuk untuk mengenyangkan hatinya yang lapar. Cowok berusaha menahan diri. Cowok mengerti bahwa Cewek harus mengejar prestasi. Cowok juga akan bangga kepada Cewek bila Cewek menjadi seorang murid yang berprestasi.
Cewek marah kepada Cowok. Cewek merasa sudah terlalu lama diacuhkan. Cewek menuduh Cowok menduakannya mentang-mentang ia masih ingusan. Cowok ingin membela diri dan ingin marah, tapi Cowok tidak ingin Cewek bertambah marah dan tidak ingin melukai Cewek. Cowok diam saja. Cewek bertambah yakin dengan teori-teorinya. Cewek memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Cewek langsung pergi meninggalkan Cowok bersama hatinya yang kisut. Harapan Cowok untuk menjadi kebanggan Cewek telah luntur. Cowok kembali menjadi dirinya yang sendiri, seperti dulu. Cewek pun begitu.
Mereka menjalani hari-hari mereka selanjutnya dengan hati yang hanya sepotong. Mereka saling mengidamkan potongan yang lain, tapi tak pernah saling melengkapi.
kok sama ya dng qt ceritana?
BalasHapusapakah itu emank crt wat qt ato............
sukses ya say
bukan, say..
BalasHapusitu bukan tentang kita, tp emang berkembang dr cerita kita.
tp kita hepi ending kan?
luv u.
oh ya.mang,na qt pernah putuz?????/
BalasHapusluv U toO hunny
geblek lo! kan gw udah bilang, itu gw kembangin sendiri.
BalasHapuslagian itu fiksi. terserah gw dunk!
jelek lo!
he2 mangap, km jua jelek.
BalasHapusluv U
udah jelek, masih nuduh orang!
BalasHapusdasar jeleeeeeeekkkkk!!!!!