01/03/08

bosan (alam dinding III)

Aku telah menggali banyak lubang. Aku telah menemukan banyak mayat. Aku telah berdansa dengan banyak mayat. Aku telah bosan dengan semua ini.

Andai jiwa ini dapat mati. Tidakkah sang pencipta tahu bahwa aku tersesat di sini? Tidakkah ia kasihan dan ingin merengutku ke alam baka? Aku bosan!

Dari mana asal mayat-mayat itu? Oh, mengapa kau menanyakan pertanyaan yang tidak penting? Mereka berasal dari kuburan, tentunya. Jika kuburan mereka ditimpa dengan kuburan lain atau dengan bangunan atau apapun, mereka akan sampai kemari. Sebenarnya, mereka tersesat. Ada alam lain yang seharusnya menampung mereka. Di sana, mereka dapat berlaku selayaknya makhluk hidup. Mereka dapat berinteraksi satu sama lain dan mempunyai kehidupan yang menarik dan normal seperti manusia di dunia nyata. Namun, sayangnya, mereka tersesat ke tempat ini dan hanya menjadi boneka mayat. Mereka hanya mampu mengerang. Lalu, menjadi mainanku.

Kembalilah membicarakan diriku yang bosan ini! Ayolah, bantu aku keluar dari keadaan ini!

Aku ingin mati! Mati! Mati!

Aku telah mencoba banyak hal. Melompat dari atap gedung tinggi, menusuk diriku dengan pisau, sekop, garpu, gunting, apa pun! Percuma! Aku memang dapat menyentuh benda-benda itu sebagaimana benda-benda itu juga dapat menyentuhku, tapi mereka bahkan tidak dapat mencederaiku! Aku arwah! Arwah penasaran! Oh!

Aku benci dunia ini! Benci! Benci!

Aku mengambil tongkat besi, sekop, cangkul, bambu, apa pun!

Aku ingin memukul! Pukul! Pukul!

Mayat-mayat telah hancur menjadi onggok-onggok daging kecil karena kupukul.

Pukul! Pukul!

Marah! Marah!

Benci! Benci!

Bosan! Bosan!

Tembok. Pohon. Jembatan. Aspal. Tanah. Jendela. Pukul semua! Hancurkan!

Aku memukul terus-menerus sambil berteriak sekeras-kerasnya. Terus berteriak. Memukul. Berteriak.

"Diem dong! Berisik banget sih!"

Aku terdiam. Aku melihat sekeliling. Aku telah berada di sebuah ruangan dalam sebuah rumah sederhana setelah seharian mengikuti kakiku melangkah untuk terus memukul dan berteriak.

Tak ada suara lagi.

Aku kembali memukul dan berteriak. Merusak lantai.

"Heh! Gila yah?! Diem dong! Udah malem nih!"

Siapa gerangan meneriakiku? Oh, ada orang lain di sini! Aku mencari ke sekelilingku. Nihil. Mungkin halusinasiku. Lagipula, aneh jika aku dapat mendengar teriakan kecil sementara aku sendiri tengah berteriak seperti sedang kesurupan.

Aku kembali memukul dan berteriak. Menghancurkan lantai.

"Heh! Tetangga gila! Gue mau tidur! Lu mau berisik, di hutan aja! Dasar sinting!"

Tetangga?

"Elu tuh tetangga gila! Orang dari tadi diem-diem aja! Elu tuh yang sinting! Giling!"

Wah, ada yang ribut-ribut karena perbuatanku. Akan kujelaskan jika kau tidak mengerti situasinya. Salah satu dari mereka dapat mendengarku, tapi tidak tahu hal itu, sehingga ia mengira dirinya sedang mendengarkan tetangganya yang berisik. Tentangganya yang tidak tahu apa-apa dan tidak dapat mendengar dunia ini menjadi marah karena merasa difitnah. Sepertinya dinding rumah-rumah sederhana ini terlalu tipis. Hahaha! Ini menarik.

Tak lama, orang-orang dari kedua rumah telah bertemu di depan rumah mereka. Di jalanan, tepatnya. Dua orang remaja yang ribut-ribut itu telah membangunkan seisi rumah masing-masing dan meluaskan masalah mereka. Hahaha!

Hei! Bukankah aku dapat melakukan pertukaran dengan salah satu remaja yang dapat mendengarku itu? Ah, itu sangat kejam untuknya. Akan tetapi, menetap di sini pun terlampau kejam untukku.

Sekitar dua jam setelah keributan itu, orang-orang itu telah kembali ke ranjang masing-masing. Beranjak tidur dengan kedongkolan di dada. Saat itu, kuperkirakan si remaja itu telah kembali juga ke ranjangnya. Aku ingin mengintipnya.

Kutempelkan salah satu telingaku ke dinding yang merupakan dinding kamarnya di dunia nyata. Kupejamkan mataku. Aku dapat melihatnya! Seorang remaja putri. Cantik, menurut ukuranku. Tubuh proporsional. Tinggi sekitar 160cm dengan berat sekitar 45kg. Ukuran dadanya 34B. Kulit kuning langsat. Rambut sepinggang yang lurus, tapi ikal di ujung-ujungnya dengan poni miring. Sangat tipikal. Tidur dengan hot pants merah jambu dan tank top belang-belang merah jambu-putih, tanpa selimut. Mungkin pendingin ruangannya rusak. Butir-butir keringat kecil-kecil muncul di dahinya.

Dialah incaranku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan saran yang berguna dan membangun diharapkan.