31/07/07

pisah

Jika cinta tak lagi mampu meredam benci

Bila bahagia tak lagi sanggup membendung sedih

Mari kita berpisah

26/07/07

ngumpet

Terlukis lembut wajahmu dalam layar mataku

Terkumandang merdu suaramu dalam gendang telingaku

Walau hanya kupandang dari jarak yang memisahkan

Kau tetap dan selalu indah

Cantik rupamu

Bahagia senyummu

Gemulai gerakmu

Sungguh, tak tampak lagi

Angkuh hatimu

Bejat akalmu

Busuk jiwamu

Oh, musuhku!

25/07/07

hilang

Telah hilang bagian hatiku
Hilang adalah hilang
Hilang lagi sebagian hatiku
Hilang tetap hilang
Kucari serpihan yang hilang
Hilang selamanya hilang
Aku tak ingin hilang

Tolong!

Aku sedang hancur dan menahan kehancuranku

Kau temukan orang lain ‘tuk melupakanku,
tapi siapapun yang kutemui tak menghapusmu

Kau dapatkan hal lain dan aku tersingkir,
tapi apapun yang kudapat tak menandingimu

Wahai kawan yang telah menjadi sahabat,
tak kuinginkan rasa sakit

Wahai sahabat yang telah menjadi saudara,
tak kuinginkan perpisahan

20/07/07

musuh

Wahai musuhku
Kau sempurna
sebab tak kutemukan kata lain yang lebih pantas untukmu
Meski jarang kuakui kesempurnaanmu
Meski tak ada gading yang tak retak
Tetap luar biasa kuasa Tuhan, Allah yang menciptakanmu

18/07/07

kembali

Telah kuputuskan kau adalah kenangan
Kau kembali

Semoga kita dapat memadu kasih
Saling mencinta
Menjadi saudara
Seperti dulu kala

pisah

Mereka yang dulu saling mencinta
Saling membela
Saling mendukung
Bahagia

Mengapa kini saling membenci?
Saling menyalahkan
Saling acuh
Bahagia tak abadi

Wahai perpisahan,
jangan putuskan rantai persatuan ini!
Pisahkanlah yang berhantam,
bukan yang bercinta

Rumah tak lagi untuk hinggap,
melainkan untuk bertolak

Jangan pergi, Ibu!
Pulanglah, Ayah!
Aku dan adik rindu kalian

12/07/07

pergi

Kasih, setelah kepergianmu
hidup ku terasa sunyi
Hidup bagai mati
Tak ada gairah
Tanpa kau di sisi

Aku harus tabah
menjalani sampai kutemukan kebahagian dalam hidupku
Semoga tuhan selalu melindungi diriku... AMIN.
Kegagalan demi kegagalan 'kan kujadikan pegangan
agar esok aku jelang kebahagian

*oleh seorang Tuyul

Tobad

Ya Allah, ya Tuhanku!

Mengapa Engkau belum juga membuka pintu taubatku?

Mengapa dia belum juga mau menerimaku?

Aku ini manusia biasa, ya Tuhan!

Berilah aku jalan keluar YANG KAU KEHENDAKI!

*oleh seorang tuyul

GR

“Hahaha!”
“Hahaha!”
“Eh, tau gak, Vin sering bilang kalo kuping kamu harus sering dijewer biar tambah caplang. Hahaha!”
“…”
“Halo?”
“…”
“Kenapa?”

“Jangan ngomongin dia donk!”
“Kenapa?”
“Pokoknya jangan!”
“Lho?”
“Udah yah, gak usah dibahas.”

Fani penasaran. Ia akan mencari sebab Tyo tidak senang ketika ia membicarakan Vin.
Tyo dan Vin adalah pasangan homoseksual yang bertengkar karena memperebutkan Fani. Tidak.
Tyo cemburu kepada Vin karena selama Tyo berada di luar negeri Fani menjadi bertambah dekat dengan Vin. Mungkin.
Tyo dan Vin adalah sahabat karib yang sedang memperebutkan Fani. Hmmm…

Fani makin dekat dengan Fin dan Tyo. Tanpa maksud utnuk genit, mengadu domba, dan sebagainya. Ia merasa kedua manusia lain jenis itu menyukainya karena mereka sangat baik padanya. Dua manusia itu memang senang berbuat baik, terutama terhadap teman.
Tak butuh waktu lama, Tyo dan Vin telah banyak melancarkan pujian yang terdengar sangat merdu bagi telinga Fani. Mereka memang tidak bisa menjaga mulut jika berhadapan dengan perempuan cantik.
Baru sebentar, Tyo dan Vin mulai mencekoki Fani dengan hadiah. Mereka memang tidak dapat menahan mata dan dompet mereka jika berurusan dengan perempuan cantik.

Suatu hari Fani nekat membicarakan Vin dengan Tyo.
“Ummm, Yo…”
“Apa?”
“Aku mau tanya sesuatu.”
“Tanya aja.”
“Soal Vin.”
“Ya?”
“Kenapa dulu kamu marah waktu aku ngomongin dia?”
“Oh itu! Waktu itu aku lagi bete sama dia.”
“Kenapa? Sekarang udah baikan?”
“Iya, udah. Waktu itu, dia janji mau dateng ke rumah aku pagi-pagi. Aku udah bangun cepet, udah stand by, dia gak dateng. Jem 7 malem baru telpon buat ngabarin aku. Ketawa-ketawa lagi dia! Sialan!”
“Oh, gitu. Kok aku gak pernah liat kalian jalan berdua lagi ya?”
“Uhm…”
“Kenapa?”
“Gini, Fan…”
“Ya?”
“Udah saatnya kamu tau.”
“Apa?”
“Aku dan Vin pacaran.”
“Eh, hah?”
“Iya, kita gay. Sori, aku baru bilang. Kita nunggu waktu yang tepat buat ngasih tau kamu.”
“…”
“Kalo kita bareng, kita gak tahan buat gak mesra-mesraan. Kita gak mau kamu liat kita begitu. Nanti ketatuan.”
“…”
“Jadi kita ketemu kamu gantian aja.”
“Trus, kalo kita gandengan, pelukan…”
“Kita kan sahabat.”
“Hadiah-hadiah…”
“Fani, kita sayang kamu.”

*Terinspirasi oleh sebuah percakapan di telepon dengan seorang teman.