08/08/07

pembantu tua

Pembantu perempuan tua itu duduk termenung sambil menatapi dinding di hadapannya dan menyuapkan mie rebus instan dingin ke dalam mulutnya. Mengunyah sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya, sehingga rok panjangnya sedikit berkibar.

Diingatnya masa-masa lalu. Dibongkarnya kotak kenangannya. Sepuluh tahun lalu, ketika kedua majikannya belum sesukses dan sesibuk sekarang. Sepuluh tahun lalu, ketika kedua anak perempuan majikan-majikannya belum sedewasa dan sesibuk sekarang. Sepuluh tahun lalu, ketika anak-anak itu masih bermain dan bercanda bersama dengannya, meskipun mereka agak nakal.

Dikutuki dan disesali dirinya saat ini yang telah tua dan rentan. Lapuk dan lemah. Tidak dapat lagi bekerja sebaik dulu. Sakit hatinya ketika anak-anak kedua majikannya memandang jijik terhadap makanan-makanan yang telah dengan susah payah tersaji di meja makan dan ketika mereka berkomentar sinis ketika pakaian mereka diletakkan di tempat yang salah. Juga bersalah rasanya ketika majikan-majikannya memprotes masakannya yang kurang asin atau terlalu asin, perabotan-perabotan yang berdebu, lantai yang kurang bersih, dan banyak hal.

Orang-orang yang dahulu telah menjadi keluarganya, kini dengan kejam menundingnya tidak becus kerja, asal, sengaja, malas, dan banyak lagi. Padahal tidak, dia tidak begitu. Dia tidak ingin begitu. Hanya usianya yang terlalu terkutuk, sehingga tubuhnya pun mau roboh digerogoti rayap usia jika ia tidak terus berjuang untuk bertahan.

Ia tidak seprima dulu ketika baru bekerja di rumah itu. Kini ia telah lemah, letih, dan pikun. Ia terkadang lupa anak majikannya yang mana yang memiliki pakaian yang mana, sehingga seringkali ia menempatkan pakaian ke lemari pakaian yang salah. Terkadang ia lupa bahwa ia telah memasukkan garam dan ia memasukkan lagi garam ke dalam masakkannya. Terkadang ia lupa sama sekali untuk memasukkan garam ke dalam masakkannya. Tubuhnya yang telah layu tak lagi cukup untuk menampung stamina untuk membersihkan rumah. Sungguh, bukan kemauannya.

Kini, ia berusaha bersembunyi setiap kali majikan-majikan atau salah satu dari majikannya pulang. Ia berusaha mempersiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan agar mereka tidak perlu sering-sering memanggilnya. Ia berusaha bersembunyi dari sakit hati dan rasa bersalah.

Ia bersembunyi di loteng sempit rumah itu. Menyantap mie instan dingin yang telah dimasaknya jauh-jauh sebelum anak-anak majikannya pulang. Menyantap di atas meja rangkap mesin jahit tua sambil menatapi dinding di hadapannya dan menggoyang-goyangkan kakinya, sehingga rok panjangnya sedikit berkibar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan saran yang berguna dan membangun diharapkan.