22/01/08

bodoh

-Andai ia tahu betapa aku mencintainya. Tidak, ia tidak tahu. Jika ia tahu, ia akan menghargaiku. Ia tidak akan melecehkanku dengan hal najis yang ia lakukan padaku. Cinta hanya gombal manis di bibirnya. Bahkan bibirnya tak pernah manis. Asin dan kering. Entah mengapa dulu aku senang mengulumnya. Sampai sekarang pun, aku masih menyukai hal itu, seandainya saja dapat kulakukan. Pasti aku sangat bodoh.

+Andai ia tahu betapa aku mencintainya. Tidak, ia tidak tahu. Jika ia tahu, ia tidak akan menuduhku terus-menerus. Ia tidak akan menyalahkanku atas sesuatu yang telah kami lakukan bersama. Sungguh, aku tidak pernah memaksanya. Aku hanya berpikir bahwa apabila kami melakukan itu, maka kami akan tetap setia satu sama lain karena merasa terikat. Namun, ia berpikir lain. Aku justru menjelma laki-laki bejat di matanya. Aku bingung, sebab kekasih-kekasihku yang terdahulu tidak pernah bereaksi seperti itu. Mereka selalu senang dan puas. Hanya saja, aku salah bila menganggap semua perempuan itu sama. Pasti aku sangat bodoh.

-Andai ia tahu betapa semua ini menyakitiku. Aku merasa sangat hina dan sangat bodoh. Aku hanya seorang perempuan cantik dengan otak kosong yang mau saja ia permainkan. Aku hanya sebuah objek eksploitasi baginya. Sesekali kubayangkan betapa nikmatnya menjadi dirinya. Menggauli tubuhku yang saat itu masih perawan, sementara ia telah bergaul dengan banyak perempuan. Aku merasa kotor. Bahkan, setelah semua itu dilakukannya kepadaku, cintaku padanya tak berkurang secuil pun. Aku pasti sangat bodoh.

+Andai ia tahu betapa semua ini menyakitiku. Aku merasa sangat hina dan bodoh. Aku melakukan itu kepada semua kekasihku, tetapi ia adalah yang paling spesial. Aku melakukannya dengan nafsu yang memburu kepada perempuan-perempuan lain, tetapi aku melakukannya dengan cinta yang menggebu-gebu untuk dirinya. Aku tidak sekedar melakukan itu untuk kepuasanku sendiri, tetapi aku juga ingin memuaskannya. Sayang sekali, aku telah melupakan bahwa semua itu tidak baik dilakukan tanpa status menikah dan aku juga lupa bahwa ia adalah seorang perempuan yang menghargai pernikahan. Aku pasti sangat bodoh.

=Hei, kalian makhluk-makhluk bodoh! Sampai kapan kalian akan terpuruk dalam kenangan masa lalu yang bodoh itu? Sadarlah! Kalian berdua saling mencintai dan saling merusak satu sama lain. Hah! Kalian ini makhluk yang payah!

-Oh, pencipta! Sungguh, semua itu salahnya! Dialah yang merusakku! Dia telah melakukan hal yang sangat hina kepada diriku!

=Kau ini! Cobalah untuk mempunyai pendirian yang pasti! Kau memang perempuan yang taat, tapi kau tergoda saat ia menjilati lehermu! Kau begitu ragu, sehingga kau menolaknya dengan tidak cukup keras. Kau begitu lembek! Pantas saja ia mengira dirimu menginginkannya, hanya saja malu-malu! Kau sendiri menikmati itu, dan kini kau salahkan dia?

Hei! Kau ini hanya seorang perempuan! Dunia menetapkan kodratmu sebagai manusia kelas dua! Kau tetap akan dipersalahkan oleh dunia karena masalah ini! Kau tidak akan dimenangkan! Tak ada yang membelamu! Karena laki-laki selalu dianggap lebih benar! Karena kau hanya seorang wanita!

+Betul, pencipta! Belalah aku! Dia memang keterlaluan! Dia menginginkan itu, tapi terus menumpahkan segala kesalahan kepadaku!

=Kau memang buaya! Kau sendiri paham bahwa ia tidak akan mau melakukan semua itu sebelum waktunya! Kau telah ratusan kali mendengar penolakan darinya! Jangan tulikan telingamu! Ia menolak dan kau abaikan!

Tentu saja ia menikmatinya! Itu memang nikmat! Tapi ingat, ia menolak kenikmatan itu sebelum waktunya! Tapi kau terus memaksanya dengan perlahan dan terus menggodanya!

Kau masih membela dirimu bahwa ia menginginkan itu? Kaulah yang menginginkan itu! Kelaminmu tak pernah puas dengan perempuan-perempuan yang sebelumnya kau perlakukan sama dengannya! Kau selalu ingin lebih! Mungkin suatu saat nanti, kau akan butuh lebih dari satu wanita!

-...

+...

=Dasar bodoh! Kalian memang bodoh! Apa gunanya kalian menangis begitu? Sudah! Aku bosan dengan kalian! Aku akan menciptakan khayalan lain yang lebih menyenangkan! Kalian membosankan!

1 komentar:

  1. Anonim1/24/2008

    yaa.. memang..
    kadang saya sendiri juga sering gituh...
    merasa bodoh dengan apa yg telah saya lakukan...

    dan lucunya..
    perasaan bodoh itu sulit utk dihilangkan.. setidaknya utk waktu yg cukup lama..

    tapi... sesudah kita 'sembuh' dari perasaan "merasa bodoh" itu.. ternyata terdapat begitu banyak pelajaran yg bisa kita ambil dari 'kebodohan' kita itu...

    ya, betul...
    postingan ini seakan menyuruh saya utk selalu belajar dan belajar...
    bukan saja belajar dari yg pintar.. tapi juga belajar dari kebodohan...

    --------------------------------
    *wah, kayaknya saya disini disuruh belajar mulu... :) *

    BalasHapus

Komentar dan saran yang berguna dan membangun diharapkan.