15/09/07

temu

Mereka saling bertatap.

“Aku menemukanmu, akhirnya.”

“Aku menemukanmu, akhirnya.”

“Aku merindukanmu.”

“Bagai ikan yang dirampas dari air.”

Mereka berpegangan tangan.

“Tetapkah cintamu untukku?”

“Tak pernah berkurang setitik pun, makin melimpah tiap harinya.”

“Tak terbendung pula cintaku untukmu.”

Mereka saling menaung dengan peluk.

Hangat.

Lembut.

Mereka saling merasakan detak jantung.

Tenang.

Damai.

Mereka saling mengecup dan sesekali saling berbisik.

“Tidakkah kita kembali?”

“Bersatu?”

“Dalam kasih.”

“Dan birahi.”

“Tidak!”

Mereka terkoyak lepas satu sama lain.

“Tidak?”

“Tidak! Ini pengkhianatan!”

“Pengkhianatan?”

“Terhadap hati masing-masing.”

“Mengapa?”

“Karena kita tidak saling memiliki”

Mereka saling berteriak.

“Lalu milik siapakah aku kalau bukan milikmu?”

“Milik kekasihmu yang menunggumu dengan setia sementara kau mengkhianatinya bersama masa lalumu!”

“Lantas milik siapa kau ini?”

“Milik kekasihku yang sekarat dalam kerinduannya kepadaku sementara aku mengkhianatinya bersama kenanganku!”

Mereka terdiam.

Mereka tertunduk malu.

Mereka saling berbalik.

Mereka berpisah.

Mereka kembali kepada takdir masing-masing.

2 komentar:

Komentar dan saran yang berguna dan membangun diharapkan.